Pendam IX/Udayana
Rabu, 23 Agustus 2017
Setiap tahun pada hari tilem Sasih karo atau bulan kedua masyrakat Dusun
Besang Kawan melaksanakan upacara ritual Mejaga-jaga dalan rangka menyucikan
wilayah Desa dari gangguan agar terhindar dari bencana. Kegiatan ritual mejaga-jaga
kali ini dilaksnakan di simpang empat dusun besang kawan toh jiwa kelurahan Semarapura Kaja Klungkung pada 22
Agustus 2017.
Upacara adat "mejaga jaga Desa Pekraman Besang Kawan Toh Jiwa
diikut oleh seluruh masyarakat Desa Adat Besang Kawan disaksikan para tokoh
adat dan tokoh agama, ritual ini merupakan tradisi upacara membunuh sapi cula
atau jantan berwarna merah lalu diarak keliling Desa dengan tujuan menetralisir
roh jahat.
"Upacara ini dilakukan setiap tahun sekali bertepatan Rahina Tilem,
Sasih Karo (hari raya saat bulan terbenam). Tujuan upacara keagamaan itu untuk
memohon kerahayuan jagat atau kedamaian dunia, dengan cara menetralisir
pengaruh jahat alam semesta dari Bhuta Kala atau roh jahat dan hal-hal lain
yang beraura negatif.
"Tradisi ini dilakukan turun-temurun, tidak ada yang tahu sejak
kapan ritual semacam ini mulai dilaksanakan. Pernah beberapa Tahun lalu upacara
tersebut tidak dilakukan karena bertepatan dengan Ngaben massal. Kemudian di
Desa adat itu terjadi wabah penyakit. "Sejak itu warga Desa dan para tetua
sepakat melaksanakan upacara setiap tahun. Kalau tidak, dikhawatir akan muncul
bencana"
Rangkaian upacara yaitu dimulai dari perempatan Agung (Catus Pata) desa
Besang Kawan Klungkung , setelah terlebih dahulu dilakukan upacara adat.
"Usai upacara sapi tersebut kemudian diiris/dilukai bagian
bokongnya". Sapi yang telah diiris bokongnya kemudian diarak oleh
anak-anak dan pemuda ke arah utara menuju Jaba (areal sisi) Pura Puseh
setempat. Di areal Pura Puseh, sapi kembali diupacarai. Setelah itu bagian
badan sapi ditebas menggunakan senjata golok. "Pada saat penebasan ini
mesti dilakukan orang khusus yang mendapat tugas sebagai tukang jagal atau pula
pati, yakni Jro Mangku Semana.
Usai penebasan di Jaba Pura Puseh, sapi korban tersebut diarak kembali
ke selatan menuju Jaba Pura Dalem. Di sana sapi jantan tersebut kembali
diupacarai, kemudian disabet kembali bagian tubuhnya sehingga darah tercecer.
"Menurut kepercayaan, ceceran darah tersebut bisa menetralisir kekuatan
kekuatan negatif sehingga alam selamat terhindar dari mara bahaya,". Dari
Jaba Pura Dalem, sapi kembali diarak ke arah timur menuju batas Desa. Di tempat
ini, sapi diupacarai lagi, kemudian dagingnya diiris kembali. Setelah itu, sapi
diarak ke barat menuju Pura dalem Prajapati, di pura ini sapi kembali
diupacarai lalu diiris bagian tubuhnya. Sapi itu kembali diarak menuju
perempatan agung (Catus Pata)desa besang kawan klk. Di perempatan ini, sapi
kembali diupacarai lalu diiris lagi. Bahkan kali ini sapi ditusuk pada bagian
lambungnya hingga mati. Daging sapi tersebut kemudian dijadikan olahan sebagai
sarana upacara Pecaruan.
Dengan adanya kegiatan tersebut diatas tentunya akan menarik perhatian
warga sekitar baik dari desa tersebut bahkan dari luar desa untuk menonton
karena kegiatan ini merupakan kegiatan langka yang dilaksanakan setiap setahun
sekali sehingga akan dapat menimbulkan terjadinya kemacetan utamanya jalur
Besang menuju Desa Mandung dan Selisihan.
Kegiatan melibatkan masyarakat jumlahnya ribuan tentu perlu diwaspadai
tejadi gangguan keamanan. Babinsa Kelurahan semarapura Kaja bersama
Babinkabtibmas dan pecalang melaksanakan pengamanan upacara adat mejaga-jaga
tersebut agar masyarakat dapat melaksnakan kegiatan dengan hikmat. (Kodim
1610/Klungkung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar